Kamis, 29 Maret 2012

Sejarah Menco

Di pinggiran kota Demak terdapat sebuah perkampungan, dan di perkampungan itu ada seseorang yang bernama Karsiman. Menurut sumber yang penulis dapatkan, Karsiman masih mempunyai garis keturunan dengan Dadung Awuk. Karsiman hidup dan berkembang didaerah yang sekitar pemakaman Kanjeng Sunan Kalijaga, sehingga tidak heran, dikemudianhari ia menjadi pribadi dewasa yang ta’at kepada norma-norma agama.
Dalam kesehariannya, ia selalu berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Ketika ia menemui prilaku yang menyimpang, maka ia tidak segan-segan untuk menegurnya, tidak terkecuali Pejabat daerah setempat.
Di saat kinerja Lurah Kadilangu tidak sesuai dengan apa yang di amanahkan oleh masyarakat, Karsiman dengan berani menegur langsung dan memberikan saran, dengan tujuan agar Lurah Kadilangu menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, menepati janji dan sesuai dengan ajaran agama. Akan tetapi terkadang niat baik tidak selalu mendapat balasan yang setimpal. Saat itu seharusnya Lurah Kadilangu berterimakasih kepada Karsiman, karena sudah mengingatkan keteledoran dan kelalaiannya, tapi yang dilakukan justru memprofokasi masyarakat untuk mengusir Karsiman dari perkampungan tersebut. Akhirnya, karena terus-terusan mendapat desakan dari masyarakat yang telah terprofokasi, dengan berat hati Karsiman meninggalkan tanah lahir tercinta.
Sebelum meninggalkan perkampungan, orang yang biasa dipanggil Yi Kar ini, sowan kepada Sopati, untuk meminta petunjuk kemana ia harus pergi dan mendirikan masyarakat baru. Lalu Sopati menyuruh Yi Kar untuk berjalan ke arah Barat Laut dan menancapkan tongkat diatas tanah tanpa penghuni.
“Tancapkanlah tongkat diatas tanah dan dirikanlah sebuah perkampungan sesuai dengan arah jatuhnya tongkat itu”.
Setelah mendapatkan petunjuk dari Sopati, Yi Kar undur diri dan bergegas meninggalkan Kadilangu.
Yi Kar berjalan menuju arah yang telah ditunjukkan oleh Sopati, yaitu Barat Laut. Setelah menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan, Yi Kar menemukan alas atau tanah tanpa penghuni, kemudian Yi Kar menancapkan tongkat diatas tanah tersebut.
Dengan menyebut nama Allah, Yi Kar menancapkan tongkat dan menunggui sejenak. Setelah beberapa saat menunggu, tongkat yang telah ditancapkan jatuh menunjuk arah selatan. Itu berarti lokasinya disebelah barat kelurahan Berahan Kulon. Dengan segera Yi Kar mendirikan sebuah gubuk disana.
Kehadiran Yi Karsiman untuk mendirikan sebuah perkampungan tidak serta merta diterima oleh masyarakat Berahan Kulon. Mereka mengusut siapa itu Yi Karsiman, dan dari mana asal dia datang. Setelah mereka tahu bahwa Yi Kar berasal dari Kadilangu, dan pindahnya dikarenakan diusir oleh masyarakat Kadilangu, sontak masyarakat Berahan Kulon juga ikut-ikutan mengusir Yi Kar dari wilayah Berahan Kulon.
Lama Yi Kar merenung dan bertanya-tanya, kemana lagi ia harus pergi. Dalam kegalauannya, Yi Kar memutuskan kembali lagi ke Kadilangu, guna sowan kepada Sopati untuk yang kedua kalinya.
Sesampai di Kadilangu, Yi Kar sowan kepada Sopati dan menceritakan apa yang telah dialaminya. Sopati iba mendengar penuturan Yi Kar, karena dalam pandangan Sopati, Karsiman adalah sosok yang baik namun terdzolimi. Sopati menyuruh Yi Kar untuk kembali ke tempat dimana ia menancapkan tongkat. Yi Kar disuruh mengulanginya.
“Kembalilah, dan lakukanlah seperti apa yang aku perintahkan waktu itu”
Mendapatkan petunjuk yang sama, Yi Kar pamit dan meminta do’a restu. Dalam hati ia berdo’a semoga kali ini niat dan tujuannya berhasil serta mendapat Ridho dari Allah SWT.
Yi Kar yakin bahwa Allah yang Maha Kuasa tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang mau berusaha. Akhirnya Yi Kar kembali ketempat dimana ia menancapkan tongkatnya waktu pertama kali. Setelah sampai, Yi Kar langsung menancapkan kembali tongkat dan menunggui sejenak.
Tidak lama berselang, Tongkat yang ditancapkan jatuh menunjuk arah utara, itu berarti wilayah kelurahan Berahan Wetan. Tanpa pikirpanjang, Yi Kar membabat alas dan mendirikan gubuk sesuai dengan arah tongkat yang ditancapkan tadi.
Yi Kar memulai peradaban baru dan terlintas dibenaknya untuk me-nama-i lokasi yang telah ditempatinya itu. Awal mulanya Yi Kar bingung mau menamai apa. Tetapi setelah bertemu dengan seorang penggembala sapi yang berasal dari daerah Njetak, Yi Kar punya inisiatif untuk menamai lokasi yang ditempatinya itu dengan nama Menclok, karena berdasarkan sejarah perjalanannya, dirinya menclok dari wilayah Berahan Kulon ke wilayah Berahan Wetan.
Demi perkembangan Menclok, Yi Kar mengajak orang-orang disekitar wilayah Berahan Wetan  untuk bersama-sama menempati perkampungan baru yang didirikannya. Tidak lama kemudian, usaha Yi Kar membuahkan hasil. Menclok yang tadinya hanya dihuni oleh Yi Kar seorang, lambat laun berkembang dan dihuni oleh banyak orang. Yi Kar sendiri akhirnya menikah dan mempunyai empat orang putra yaitu, Karto, Yusuf, Suto, dan Abdurrahman. Setelah Menclok berkembang dan dihuni oleh banyak orang, terjadi pergantian nama. Dusun yang tadinya bernama Menclok, diubah menjadi dusun Menco.
Yi Kar berhasil dalam membentuk masyarakat baru yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai bukti, banyak dari masyarakat Menco saat ini yang hafal Al-Qur’an 30 Juz. Beliau sangat berjasa karena sebagai “Babat Alas” desa dan pembentuk karakter masyarakat. Beliau meninggal di Menco dan dimakamkan di Berahan Wetan.
* Penulis         : Ahmad Robihan (Menco Pesisir Menco), generasi ke-enam dari keturunan Yi Karsiman
* Sumber         :           Hasil wawancara dari 1) H. Muslik, beliau ialah generasi ke-empat dari keturunan Yi Karsiman, 2) Yi Parman, 

Sabtu, 28 Januari 2012

MAKALAH DASAR-DASAR IAD ISD IBD


A. Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggraan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan Negara, maka diselenggarakan program-program pendidikan umum. Dengan tidak mengurangi makna penting tugas (Dharma) yang kesatu dan kedua yaitu pendidikan dan pengajaran serta penelitian, yang langsung berhubungan dengan masyarakat adalah dharma yang ketiga, pengabdian kepada masyarakat. Hal ini menunjukkan banhwa perguruan tinggi (mahasisiwa)harus mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat. Hubungan ini meliputi semua manifestasinya.
Oleh karena itu, perlu mempersiapkan mahasiswanya sedini mungkin guna menghadapi realitas tersebut dan agar terciptanya sosok mahasiswa yang cerdik lagi kritis ditengah-tengah masyarakat.
Memang disadari Ilmu Alam Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Sosial Dasar dianggap sangat perlu sekali dipelajari oleh Mahasiswa. Karena dengan penguasaan dari ilmu-ilmu tersebut diharapkan Mahasiswa mempunyai sikap kritis terhadap gejala-gejala essensial alam, dan mempunyai sifat yang kritis terhadap dinamika-dinamika social dan budaya.
Dalam kesempatan makalah kami ingin mengupas tentang pengertian IAD, IBD, ISD; tujuan IAD, IBD, ISD; ruang lingkup materi IAD, IBD, ISD; serta urgnesi IAD, IBD, dan ISD bagi mahasiswa.
B. Rumusan Pertanyaan
1. Apakah pengertian IAD, IBD, ISD ?
2. Apakah tujuan IAD, IBD, ISD ?
3. Bagaimanakah ruang lingkup materi IAD, IBD, ISD ?
4. Bagaimanakah urgensi IAD, IBD, dan ISD bagi mahasiswa ?
A Pengertian IAD, IBD, dan ISD
1. Pengertian IAD (Ilmu Alamiah Dasar)
Ilmu Alamiah atau sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam dan akhir-akhir ini ada juga yang menyebut Ilmu Kealaman, yang dalam Bahasa Inggris disebut Natural Science atau disingkat Science dan dalam bahasa Indonesia sudah lazim digunakan istilah Sains.
Ilmu Pengetahuan Alam Dasar adalah Ilmu Pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam Alam semesta, termasuk dimuka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar (Basic Natural Science) hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.
2. Pengertian IBD (Ilmu Budaya Dasar)
Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan sauatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
Budaya menurut Kroeber dan Klukhan (1950) adalah kebudayaan terdiri atas berbagai tingkahlaku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara terdiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi; pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham dan terutama keterkaitan terhadap nilai-nilai.
Pendek kata kebudayaan dalam kaitannya dengan ilmu budaya dasar adalah penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani ; tercakup didalamnya usaha memanusiakan diri didalam alam lingkungan, baik fisik maupun social.
3. Pengertian ISD (Ilmu Sosial Dasar)
Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah social, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu social (seperti geografi social, sosiologi, antropologi social, ilmu politik, ekonomi, psikologi social, dan sejarah).
B. Tujuan IAD, IBD, ISD
1. Tujuan IAD (Ilmu Alamiah Dasar)
a. Tujuan Instruksional Umum
Dengan mempelajari tentang pengetahuan ini, maka diharapkan akan dapat memahami perkembangan penalaran manusia terhadap gejala-gejala Alam sampai terwujudnya metode ilmiah yang merupakan ciri khusus dari ilmu pengetahuan Alam.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1). Dapat menjelaskan perkembangan naluri kehidupan manusia.
2). Dapat menjelaskan perkembangan alam piker manusia dalam
memenuhi kebutuhan terhadap “Rahasia ingin tahu”nya.
3). Dapat memberi alasan yang diterima mitos dalam kehidupan
masyarakat.
2. Tujuan IBD (Ilmu Budaya Dasar)
a. Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya sehingga mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama unyuk kepentingan profesi mereka.
b. Memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk dapat memperluas pandangan mereka tentang masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
c. Mengusahakan agar para mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruanglingkup pendidikan kita amat dan condong membuat spesialis yang berpandangan kurang luas. Mata kuliah ini berusaha menambah kemampuan mahasiswa untuk menanggapi maslah dan nilai-nilai umumnya.
d. Menjebatani para akademisi kita agar mereka mampu berkomunikasi satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancar dalam hal berkomunikasi. Kalau carea berkomunikasi ini baik, komunikasi selanjutnya akan lebih memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang keahlian. Meskipun spesialisasi sangat penting, spesialisasi yang terlalu sempit akan membuat dunia seorang sarjana menjadi terlalu sempit.
3. Tujuan ISD (Ilmu Sosial Dasar)
a. Tujuan umum diselenggarakannya mata kuliah Ilmu Sosial Dasar ialah pembentukan dan pengembangan kepribadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan, dan pemikiran mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam lingkungannya, khususnya gejala berkenaan dengan masyarakat dengan orang lain, agar daya tanggap, presepsi, dan penalaran berkenaan dengan lingkungan social dapat dipertajam.
b. Tujuan khusus:
1). Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan social dan masalah-maslah social yang ada dalam masyarakat.
2). Peka terhadap masalah-maslah social dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya.
3). Menyadari bahwa setiap masalah social yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya dapat mendekatinya (mempelajarinya).
4). Memahami jalan pikiran para ahli dalalm bidang ilmu pengetahuan lalin dan dapat berkomunikasi dengan mereka dalalm rangka penanggulangan maslah social yang timbul dalam masyarakat.
C. Ruanglingkup Materi IAD, IBD, ISD
1. Ruanglingkup Materi IAD (Ilmu Alamiah Dasar)
a. Kelahiran alam semesta
1). Mengenal alam semesta
2). Teori terbentuknya alam semesta
a). Teori ledakan
Teori ledakan ini bertolak dan adanya suatu massa dan berat jenis yang sangat besar, meledak dengan hebat karena adanya reaksi ini. Massa itu kemudian berserakan mengembang dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan.
b). Teori ekspansi dan kontraksi teori
Teori ini berlandaskan pikiran bahwa ada suatu siklus dan alam semesta, yaitu “masa ekspansi” dan “masa kontraksi” diduga bahwa siklus ini berlangsung dalam waktu 30.000 juta tahun.
b. Tata surya
Surya adalah kata lain dari matahari. Tata surya berarti adanya suatu organisasi yang teratur pada matahari.
Terbentuknya tata surya:
1). Hipotesis Nebular
2). Hipotersis Planettesimal
3). Teori Tidal
c. Bumi
Teori tentang kejadian bumi:
1). Teori Kant Laplace
Dialam raya sudah ada alam yang telah berputar makin lama makin mendingin. Perputaran ini mengakibatkan pendataran dibagian kutub-kutubnya dan menimbun materi dibagian khatulistiwanya yang merupakan daerah paling tidak stabil sewaktu perputaran semakin cepat, bagian tersebut akan terlepas materi dan massa asal. Kemudian mengambil kondensasi akhirnya, menjadi padat berputar mengelilingi massa asal. Maka asal tersebut menjadi matahari dan bagian terlepas setelah padat manjadi planet.
2). Teori Chamberlain dan Maulton
Mereka mengemukakan suatu teori tentang matahari dan bumi, teorinya terkenal dengan teori plenetesimal.
3). Teori Jean dan Jefreys
Bintang besar yang jauh lebih besar dari matahari memiliki gaya tarik yang sangat kuat terhadap matahari, akibatnya akan terjadi gelombang pasang pada permukaan matahari yang menyerupai gunung yang sanat tinggi dan menyerupai lidah raksasa yang berupa gas sangat panas selanjutnya mengalami pemadatan kemudian pecah menjadi benda-benda tersendiri yang disebut planet.
d. Asal mula kehidupan dibumi
1). Generation Spontaniea
2). Cozmozoa
3). Omne Vivum ex Vivo
4). Omne Ovo ex Vivo
2. Ruanglingkup Materi IBD (Ilmu Budaya Dasar)
Ilmu Budaya Dasar (IBD) identik dengan basic humanities. Humanities berasal dari kata latin humanus yang artinya manusiawi, berbudaya, dan halus (refined). Dengan mempelajari Ilmu Budaya Dasar ini diharapkan seseorang menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus.
Adapun ruanglingkup Ilmu Budaya Dasar adalah:
a. Berbagai aspek kehidupan yang mengungkapkan masalah-masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi keahlian. (disiplin) didalam pengertian budaya, maupun gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
b. Hakikat manusia yang satu atau universal, tetapi beragam perwujudannya dalam kebudayaan setiap zaman dan tempat. Dalam menghadapi lingkungan alam, social, dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan, tetapi juga ketidak seragaman, sebagaimana ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak ungkapan, pikiran, perasaan, dan tingkah laku.
3. Ruanglingkup Materi ISD (Ilmu Sosial Dasar)
Adapun ruang lingkup materi Ilmu Sosial Dasar adalah:
a. Kenyataan-kenyataan social yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan maslah social tertentu. Kenyataan-kenyataan social tersebut sering ditanggapi secara berbeda oleh para ahli ilmu social. Karena adanya perbedaan latar belakang disiplin ilmu atau sudut pandangnya
b. Konsep-konsep social atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan social dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukakn untuk mempelajari masalah-masalah social.
Sebagai contoh dari konsep dasar semacam ini misalnya konsep keanekaragaman, dan konsep kesatuan social. Bertolak dari kedia konsep tersebut diatas, maka dapat kita pahami dan sadari di dalam masyarakat selalu terdapat:
1). Persamaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola tingkah laku
baik secara individual maupu kelompok.
2). Persamaan dan perbedaan kepentingan.
Persamaan dan perbedaan itulah yang seringkali menyebabkan timbulnya konflik, kerjasama, kesetiakawanan antar individu dan golongan.
c. Masalah-masalah social yang timbul dalam masyarakat biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan social yang antara satu dengan yang lainnya salaing berkaitan.
D. Urgensi IAD, IBD, ISD Bagi Mahasiswa
1. Urgensi IAD (Ilmu Alam Dasar) Bagi Mahasiswa
Ilmu Alam Dasar merupakan Ilmu yang mengkaji tenang gejala-gejala alam disekitar. Dengan mengetahui gejala-gejala alam yang ada disekitar maka pertanyaan “mengapa hal itu dapat terjadi?” akan terjawab dengan adanya pengkajian dari ilmu ini. Disamping itu, rasa kuriositas dari manusia yang tidak pernah mengalami kepuasan akan terpenuhi meskipun hanya sementara saja atau walaupun hanya sebuah hipotesa.
Bagi Mahasiswa sendiri Ilmu Alam Dasar ini sangat urgen sekali mahasiswa yang dituntut untuk memiliki sifat yang kritis diharap mampu menjawab pertanyaan “mengapa hal itu dapar terjadi?”. Ilmu ini juga sangat penting bagi mahasiswa guna mengejar dinamika perkembangan Ilmu Alam agar Mahasiswa tidak menjadi miss tomorrow. Mahasiswa juga dituntut untuk berfikir rasional dengan mempelajari ilmu ini diharap mereka mengatahui gejala-gejala alam berserta tanda-tandanya. Ilmu ini menjadi sangat urgen karena memberikan bekal kepada Mahasiswa untuk mengejar ilmu alam dan teknologi yang semakin berkembang pesat dalam kencah internasional
2. Urgensi IBD (Ilmu Budaya Dasar) Bagi Mahasiswa
Seperti yang kita ketahui manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Sebenarnya kebudayaan didefinisikan sebagai hasil pengungkapan diri manusia kedalam materi sejauh diterima dan dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisannya. Manusia harus menciptakan suatu kebudayaan, sebab tanpa kebudayaan ia makhluk yang tidak berdaya, yang menjadi korban dari keadaanya yang tidak lengkap dan naluri-nalurinya yang tidak terpadu.
Ilmu Budaya Dasar memiliki urgenitas bagi Mahasiswa karena orientasi Mahsiswa adalah lingkungan yang berbudaya dari lingkungan yang berbudaya tersebut mereka harus lebih mudah untuk integrasi dalam lingkungan tersebut terutama dengan lingkungan yang baru, hal ini untuk profesi mereka.
Urgenitas yang sangat vital bagi Mahasiswa dalam mempelajari Ilmu ini adalah karena ilmu ini memberi pandangan yang luas terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka tehadap persoalan-persoalan yang menyangakut kedua hal tersebut. Juga mengusahakan agar para Mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan pengotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruanglingkup pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia spesialis yang berpandangan kurang luas. Mata kuliah ini berusaha menambah kemampuan Mahasiswa untuk menanggapi masalah dan nilai-nilai dalam lingkungan masyarakat mereka.
3. Urgensi ISD (Ilmu Sosial Dasar) Bagi Mahasiswa
Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah suatu program pelajaran baru yang dikembangkan di Perguruan Tinggi. Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Dasar ini sejalan dengan realisasi pengembangan ide dan pembaharuan system pendidikan yang bersifat dinamis dan inovatif. Ilmu Sosial Dasar adalah ilmu-ilmu social yang dipergunakan dalam pendekatan, sekaligus sebagai sarana jalan keluar untuk mencari pemecahan masalah-masalah social yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Urgenitas ilmu ini sendiri bagi Mahasiswa adalah memberikan dasar-dasar ata pengetahuan social kepada para Mahasiswa, yang diharapkan akan cepat tanggap serta mampu menghadapi dan memberikan alternative pemecahan masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan pengetahuan yang didapat melalaui ISD, diharapkan para Mahasiswa akan mapu mengorientasikan diri berkat pengahayatannya terhadap arah perkembangan masyarakat. Setelah mengorientasikan diri secara mapan paling tidak ia harus mampu mengetahui kearah mana pemecahan itu harus ditempuh. Masalah-masalah social yang berkembang sedemikian kompleks, baik yang bersifat local, regional, nasional maupun internasional seperti pengangguran, urbanisasi, penyelundupan, dan kriminalitas. Kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika. Pertentangan ras dan pergolakan politik, merupakan masalah-masalah social yang harus dilihat serta ditanggulangi dengan segala aspek pengetahuan yang terjalin satu sama lain.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
A. Pengertian IAD, IBD, ISD Adalah
1. Pengertian Ilmu Alamiah Dasar adalah Ilmu Pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam Alam semesta, termasuk dimuka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar (Basic Natural Science) hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.
2. Pengertian Ilmu Budaya Dasar adalah penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani ; tercakup didalamnya usaha memanusiakan diri didalam alam lingkungan, baik fisik maupun social.
3. Pengertian Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah social, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu social
B. Tujuan IAD, IBD, ISD Adalah
1. Tujuan Ilmu Alamiah Dasar adalah Dengan mempelajari tentang pengetahuan ini, maka diharapkan akan dapat memahami perkembangan penalaran manusia terhadap gejala-gejala Alam sampai terwujudnya metode ilmiah yang merupakan ciri khusus dari ilmu pengetahuan Alam.
2. Tujuan Ilmu Budaya Dasar adalah Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya sehingga mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama unyuk kepentingan profesi mereka.
3. Tujuan Ilmu Sosial Dasar adalah pembentukan dan pengembangan kepribadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan, dan pemikiran mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam lingkungannya, khususnya gejala berkenaan dengan masyarakat dengan orang lain, agar daya tanggap, presepsi, dan penalaran berkenaan dengan lingkungan social dapat dipertajam.
C. Ruanglingkup Materi IAD, IBD, ISD Adalah
1. Ruanglingkup materi Ilmu Alamiah Dasar adalah Kelahiran alam semesta, terbentuknya tata surya, teori terbentuknya bumi, asal mula kehidupan dibumi.
2. Ruanglingkup Ilmu Budaya Dasar adalah Berbagai aspek kehidupan yang mengungkapkan masalah-masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi keahlian. (disiplin) didalam pengertian budaya, maupun gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
3. Ruanglingkup Ilmu Sosial Dasar adalah Kenyataan-kenyataan social yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan maslah social tertentu. Kenyataan-kenyataan social tersebut sering ditanggapi secara berbeda oleh para ahli ilmu social. Karena adanya perbedaan latar belakang disiplin ilmu atau sudut pandangnya
D. Urgensi IAD, IBD, ISD Bagi Mahasiswa Adalah
1. Urgensi Ilmu Alamiah Dasar bagi Mahasiswa adalah diharap mampu menjawab pertanyaan “mengapa hal itu dapar terjadi?”. Ilmu ini juga sangat penting bagi mahasiswa guna mengejar dinamika perkembangan Ilmu Alam agar Mahasiswa tidak menjadi miss tomorrow. Mahasiswa juga dituntut untuk berfikir rasional dengan mempelajari ilmu ini diharap mereka mengatahui gejala-gejala alam berserta tanda-tandanya. Ilmu ini menjadi sangat urgen karena memberikan bekal kepada Mahasiswa untuk mengejar ilmu alam dan teknologi yang semakin berkembang pesat dalam kencah internasional
2. Urgensi Ilmu Budaya Dasar bagi Mahasiswa adalah karena ilmu ini memberi pandangan yang luas terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka tehadap persoalan-persoalan yang menyangakut kedua hal tersebut. Juga mengusahakan agar para Mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan pengotakan disiplin yang ketat.
3. Urgensi Ilmu Sosial Dasar bagi Mahasiswa adalah memberikan dasar-dasar ata pengetahuan social kepada para Mahasiswa, yang diharapkan akan cepat tanggap serta mampu menghadapi dan memberikan alternative pemecahan masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Marwadi. 2007. Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar. CV. Pustaka Setia. Bandung.
Jasin, Maskoeri. 1987. Ilmu Alamiah Dasar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Noor, Arifin. 2007. Ilmu Sosial Dasar. Pustaka Setia. Bandung.
Pandoyo, Sumbawi. 1987. Ilmu Alamiah Dasar. Usaha Nasional. Surabaya.
Soelaeman, Munandar. 2007. Ilmu Budaya Dasar.PT. Refika Aditama. Bandung.

SYAIKH MAHFUDZ AT-TARMASI

Disusun Oleh:
AHMAD ROBIHAN, S.Pd.I


pasca sarjana
Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ)
Jawa Tengah di Wonosobo
201


PENDAHULUAN
Di akhir abad XVII terjadi perpindahan bangsa-bangsa Barat, yaitu Inggris, Spanyol, dan Portugis dari beberapa kota di Indonesia karena kalah bersaing dengan Belanda. Pada 1663, Spanyol meninggalkan Tidore sehingga wilayah itu jatuh ke tangan Belanda, yang selama ini merupakan rival Spanyol. Bangsa-bangsa Eropa non-Belanda dipaksa untuk meninggalkan Makassar sesuai perjanjian Bongaya. Inggris yang meninggalkan Banten, pada tahun 1864 M, membangun sebuah benteng dekat Bengkulu untuk mempertahankan posisinya selama lebih dari 150 tahun, sedangkan Portugis terdesak ke Timur untuk selanjutnya menjajah daerah itu selama 300 tahun. Meskipun keadaan pelayaran niaga ke Timur Tengah dan suasana politik tidak kondusif untuk perjalanan haji, sepanjang abad XVIII masih juga secara sporadis banyak penduduk Nusantara yang mengunjungi Haramain. Bagi sebagian orang, kunjungan itu adalah untuk menuntut ilmu, sebagaimana pada masa permulaan haji, dan bagi sebagian yang lain untuk menunaikan ibadah haji. Kelompok terakhir ini, setelah selesai melaksanakan ibadah haji, biasanya segera kembali ke Nusantara.
Penguasa tradisional pada masa itu memang memiliki kebiasaan dan selalu berusaha untuk mengirimkan para ulamanya ke Makkah, meskipun usaha pengiriman adakalanya gagal. Pada 27 Safar 1192 H./27 Februari 1778 M., penguasa Belanda menolak permintaan Adipati Cianjur dan Tumenggung Buitenzorg (Bogor) untuk masing-masing mengirim seorang ulamanya ke Makkah.
Salah satu Ulama Nusantara yang menuntut ilmu di Makkah adalah Syaikh Mahhfudz Tremas. Ayahnya membawanya ke Makkah pada tahun 1291/1874 , untuk menimba ilmu kepada para ulama’ Haramain, diantaranya adalah Syaikh Ahmad al-Minsyawi, Syaikh `Umar bin Barakat asy-Syami, Syaikh Mustafa al-'Afifi, Sayyid Husein bin Sayid Muhammad al-Habsyi, Syaikh Muhammad Sa'id BaBashail, Sayyid Ahmad az-Zawawi, Sayyid Muhammad Amin bin Ahmad Ridhwan al-Madani,Sayyid Abu Bakr bin Sayyid Muhammad asy-Syatha, Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki. Para Ulama tersebut mempunyai andil besar dalam menghantarkan Syaikh Mahfudz menjadi seorang Muhaddist yang ulung.
Makalah ini mencoba menyusun rangkaian biografi
singkat Syaikh Mahfudz, latar belakang pendidikan, karya-karya ilmiahnya, serta perannya dalam kaderisasi Ulama.
PEMBAHASAN
A.      Riwayat Hidup Syaikh Mahfudz At-Tarmasi
1.    Nama Dan Gelar
Nama lengkapnya Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Manan bin Abdullah bin Ahmad At-Tarmasi. Kakek beliau KH. Abdul Manan ( 1830-1862 ) adalah seorang Ulama kharismatik pendiri Pesantren Tremas, salah satu pesantren terkemuka di Jawa. Syaikh Mahfudz banyak mendapat julukan dari para Ulama, diantaranya adalah Al-Ushuli ( ahli dibidang Ushul Fikih ) , Al-Faqih ( ahli dibidang fikih ) , Al-Muqri ( ahli dibidang Qira’ah Sab’ah ), Al-Muhaddist ( ahli dibidang hadist ). Namun demikian Beliau lebih populer disebut Syekh Mahfudz  Tremas.
Mengenai tempat lahirnya Syaikh Muhammad Mahfudz, para sejarawan sepakat bahwa beliau dilahirkan di Tremas, Pacitan, Jawa Timur. Adapun mengenai tanggal lahirnya, disini terjadi perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan beliau lahir pada 12 Jumadil Ula 1285 H/31 Agustus 1842 M , ada pula yang mengatakan beliau lahir pada 6 Shafar 1280 H.
2.    Latar Belakang Pendidikan
Pengembaraan Intelektual Untuk mengetahui sejarah pendidikannya, guru dan ilmu-ilmu yang dipelajari oleh Syaikh Muhammad Mahfuz Tremas tidaklah terlalu sulit, karena sejarah hidup beliau dapat ditemukan dalam karya-karya beliau. Dalam Kitab Muhibah dzil Fadhli jilid ke-4 yang merupakan salah satu karya beliau, dikatakan bahwa beliau pada masa mudanya banyak menimba ilmu kepada ayahnya sendiri, Syaikh Abdullah bin Abdul Mannan at-Tarmasi, Seorang Ulama Jawa yang kharismatik , dari ayahnya beliau mempelajari beberapa kitab, diantaranya : Syarh al-Ghayah li Ibni Qasim al-Ghuzza, al-Manhaj al-Qawim, Fat-h al-Mu’in, Fath al-Wahhab, Syarh Syarqawi `ala al-Hikam, sebagian Tafsir al-Jalalain hingga sampai Surah Yunus. Lingkungan keluarga yang sholeh, telah mengantarkan Syaikh Mahfudz menjadi Ulama hadist ( muhaddis ) terkemuka, demikian juga saudara-saudaranya, seperti Syaikh Dimyati sebagai Ulama Fikih ( Faqih ), Syaikh Bakri sebagai Ulama Qira’ah ( muqri’ ), Syaikh Abdur Razak sebagai Ulama’ Tasawuf  ( shufi ).
Setelah menimba ilmu dari ayahnya, Syeikh Muhammad Mahfudz Tremas kemudian memilih merantau ke Semarang untuk belajar kepada Kyai Muhammad Shaleh bin Umar atau lebih dikenal Kyai Sholeh Darat. Di bawah bimbingan Kyai Saleh Darat ini, beliau mempelajari Syarh al-Hikam ( dua kali khatam ), Tafsir al-Jalalain ( dua kali hatam ), Syarh al-Mardini dan Wasilah ath-Thullab ( falak ).
Setelah beberapa tahun dalam bimbingan Kyai Saleh Darat. Syaikh Muhammad Mahfuz Termas meneruskan pengembaraan ilmunya ke Makkah. Banyak alasan mengapa banyak muslim datang ke Makkah untuk mencari ilmu. Pertama, karena pandangan tentang keilmuan Islam dan cara memperoleh ilmu itu. Ada keyakinan bahwa lebih autentik jika ilmu-ilmu ke-Islaman itu dicari dari pusat tumbuhnya, yaitu Timur Tengah, dengan bahasa Arab sebagai salah satu cirinya. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa banyak di antara para muqimin dan pencari ilmu di Makkah menunjukkan prestasi dan disambut positif oleh masyarakat mereka berasal. Kedua, keyakinan bahwa Makkah adalah tempat pusaran atau bursa ilmu ke-Islaman yang paling dinamis karena sebagai pusat peribadatan, Makkah dikunjungi oleh para ulama mancanegara yang tidak hanya datang untuk menunaikan ibadah tetapi juga melakukan pertukaran ilmu. Dalam batas tertentu, kuantitas dan kualitas sumber atau jaringan ilmu memberikan nilai tersendiri bagi seorang ulama. Ketiga, karena tradisi Makkah yang memberikan peluang yang amat besar bagi orang asing (non-Arab) untuk menuntut ilmu keislaman di sana.
Sejak masa pra-Islam komunitas asli Makkah memang telah memiliki tradisi untuk selalu siap menerima kedatangan tamu (hujjaj), melayani dan menghormatinya. Pada masa Islam, tradisi ini berkembang lebih jauh dan pada titik tertentu dikaitkan dengan ajaran Islam yang mendorong pencarian ilmu dan penghormatan terhadap pemilik maupun pencarinya. Mereka yang datang dari luar dan bermukim di Makkah juga memegang tradisi ini. Dari itu, tradisi waqaf dan infaq yang mengarah pada perkembangan ilmu, khususnya ilmu-ilmu keislaman, berkembang dan mengakar dengan kuat.
Di negara kelahiran Nabi Muhammad ini, beliau berguru kepada para ulama terkemuka, diantaranya adalah Syaikh Ahmad al-Minsyawi, dari ulama’ ini, beliau belajar Qira'ah Ashim dan tajwid, sebagian Syarh Ibni al-Qashih ala asy-Syathibiyah. Dalam waktu yang bersamaan, beliau juga belajar kepada Syeikh Umar bin Barakat asy-Syami, dengan mempelajari Syarh Syuzur az-Zahab li Ibni Hisyam. Juga kepada Syaikh Mustafa al-’Afifi, dengan mengkaji kitab Syarh Jam’il Jawami’ lil Mahalli dan Mughni al-Labib. Sahih al-Bukhari kepada Sayid Husein bin Sayid Muhammad al-Habsyi. Sunan Abi Daud, Sunan Tirmizi dan Sunan Nasai kepada Syeikh Muhammad Sa’id Ba Bashail. Syarh `Uqud al- Juman, dan sebagian kitab asy-Syifa’ lil Qadhi al-’Iyadh kepada Sayid Ahmad az-Zawawi. Syarh Ibni al-Qashih, Syarh ad-Durrah al-Mudhi-ah, Syarh Thaibah an-Nasyr fi al-Qiraat al-’Asyar, ar-Raudh an-Nadhir lil Mutawalli, Syarh ar-Ra-iyah, Ithaf al-Basyar fi al-Qiraat al-Arba’ah al-’Asyar, dan Tafsir al-Baidhawi bi Hasyiyatihi kepada Syeikh Muhammad asy-Syarbaini ad-Dimyathi. Dalail al-Khairat, al-Ahzab, al-Burdah, al-Awwaliyat al-’Ajluni dan Muwaththa’ Imam Malik kepada Sayid Muhammad Amin bin Ahmad Ridhwan al-Madani serta ulama’-ulama’ terkemuka lainnya, seperti Syeikh Ahmad al-Fathani dan Syaikh Nawawi Banten, salah satu ulama Indonesia yang juga bermukim di Makkah. Sedangkan guru utama beliau yang paling banyak mengajarnya pelbagai ilmu secara keseluruhannya ialah Sayid Abi Bakr bin Sayid Muhammad asy-Syatha, pengarang kitab I’anatut Talibin, syarah Fathul Mu’in.
B.       Karya-Karya Ilmiyah
Syaikh mahfudz tidak hanya giat dalam menimba ilmu, beliau juga giat dalam dunia tulis-menulis. Beliau telah banyak mengarang sejumlah kitab tentang berbagai disiplin ke-Islaman, seluruhnya ditulis dalam bahasa Arab. Sayang, banyak karyanya yang belum sempat dicetak, dan beberapa di antaranya bahkan dinyatakan hilang. Diantara hasil karya beliau yang masih tersisa terhitung dua puluh kitab. Sebagai besar telah di tahqiq yag dipelopori oleh Menteri Agama DR. Maftuh Basyuni.
Dalam menulis, konon Syekh Mahfudz ibarat sungai yang airnya terus mengalir tanpa henti. Gua Hira menjadi tempatnya mencari inspirasi. Dia biasa menghabiskan waktunya di gua tempat Nabi menerima wahyu-Nya yang pertama itu. Kecepatan Mahfudz dalam menulis kitab, juga boleh dibilang istimewa. Kabarnya, kitab ”Manhaj Dhawi al-Nazhar” beliau selesaikan dalam 4 bulan 14 hari. Mahfudz mengatakan bahwa kitab ini ditulis ketika berada di Mina dan Arafat.
Syeikh Muhammad Mahfudz termasuk salah seorang ulama nusantara yang banyak menghasilkan karangan dalam bahasa Arab seperti halnya ulama-ulama nusantara lainnya yang bermukim di Makkah, seperti Syeikh Nawawi al-Bantani, Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau dan Syeikh Abdul Hamid Kudus.
Karangan-karangan beliau diantaranya adalah :
1.         As-Siqayatul Mardhiyah fi Asamil Kutubil Fiqhiyah li Ashabinas Syafi’iyah
Selesai penulisan pada hari Jum’at, Sya’ban 1313 H. Dicetak oleh Mathba’ah at-Taraqqil Majidiyah al-’Utsmaniyah, Makkah (tanpa tahun).
2.         Muhibah zil Fadhli `ala Syarh al-’Allamah Ibnu Hajar Muqaddimah Ba Fadhal
Kitab fiqh empat jilid ini merupakan syarah atau komentar atas karya Abdullah Ba Fadhl ”Al-Muqaddimah Al-Hadhramiyyah”. Kitab ini boleh dibilang jarang diajarkan di pesantren, lebih banyak digunakan oleh kiai senior sebagai rujukan dan sering dikutip sebagai salah satu sumber yang otoritatif dalam penyusunan fatwa oleh para ulama di Jawa. Kitab ini terdiri dari empat jilid. Jilid pertama diselesaikan pada 25 Safar 1315 H,. Jilid kedua diselesaikan pada hari Jum’at, 27 Rabiulakhir 1316 H. Jilid ketiga diselesaikan pada malam Ahad, 7 Rejab 1317 H. Jilid keempat, diselesaikan pada malam Rabu, 19 Jamadil Akhir 1319 H. Dicetak oleh Mathba’ah al-’Amirah asy-Syarfiyah, Mesir, 1326 H.
3.         Kifayatul Mustafid lima ala minal Asanid
Diselesaikan pada hari Selasa, 19 Safar 1320 H. Kandungannya membicarakan pelbagai sanad keilmuan Muhammad Mahfuz bin Abdullah at-Tarmasi/at-Tirmisi. Dicetak oleh Mathba’ah al-Masyhad al-Husaini, No. 18 Syari’ al-Masyhad al-Husaini, Mesir (tanpa tahun). Kitab ini ditashhih dan ditahqiq oleh Syeikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki, al-Mudarris Daril `Ulumid Diniyah, Makkah.
4.         Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati `Ilmil Atsar
Diselesaikan pada tahun 1329 H/1911 M. Kandungannya membicarakan Ilmu Mushthalah Hadits merupakan Syarh Manzhumah `Ilmil Atsar karangan Imam Jalaluddin as-Suyuthi. Kitab ini merupakan bukti bahwa ulama nusantara mampu menulis ilmu hadist yang demikian tinggi nilainya. Kitab ini menjadi rujukan para ulama di belahan duni terutama ulama-ulama hadis. Dicetak oleh Mathba’ah Mushthafa al-Baby al-Halaby wa Auladuhu, Mesir, 1352 H/1934 M. Cetakan dibiayai oleh Syeikh Salim bin Sa’ad bin Nabhan wa Akhihi Ahmad, pemilik Al-Maktabah An-Nabhaniyah Al-Kubra, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
5.         Dua kitabnya di bidang ushul adalah ”Nailul Ma’mul”, syarah atas karya Zakariyya Anshari ”Lubb Al-Ushul” dan syarahnya ”Ghayat al-wushul”,
6.         dan ”Is’af al Muthali”, syarah atas berbagai versi karya Subki ”Jam’ al-Jawami’.
7.         Sebuah kitab lainnya mengenai fiqh yaitu ”Takmilat al-Minhaj al-Qawim”, berupa catatan tambahan atas karya Ibn Hajar al-Haitami “Al-Minhaj al-Qawim”.
8.         Al-Khil’atul Fikriyah fi Syarhil Minhatil Khairiyah, belum diketahui tarikh penulisan. Kandungannya juga membicarakan hadits merupakan Syarh Hadits Arba’in.
9.         Al- Badrul Munir fi Qira-ati Ibni Katsir
10.     Tanwirus Shadr fi Qira-ati Ibni Amr
11.     Insyirahul Fawaid fi Qira-ati Hamzah
12.     Ta’mimul Manafi’ fi Qira-ati Nafi’
13.     Al-Fuad fi Qiraat al Imam Hamzah
14.     Tamim al Manafi fi Qiraat al-Imam Nafi’
15.     Aniyah ath Thalabah bi Syarah Nadzam ath Tayyibah fi Qiraat al Asy’ariyah
16.     As-Saqayah al-Mardhiyyah fi Asma’i Kutub Ashhabina al- Syafiiyah
Kajian atas karya-karya fiqih mazhab Syafi’i dan riwayat para pengarangnya.
17.     Al-Fawaidut Tarmasiyah fi Asamil Qira-ati `Asyariyah,
Syeikh Yasin Padang menyebut bahawa kitab ini pernah diterbitkan oleh Mathba’ah al-Majidiyah, Makkah, tahun 1330 H.
18.     Is’aful Mathali’ Syarhul Badril Lami’
19.     Al-Minhah al-Khairiyya
20.     Dan Tsulasiyat al-Bukhori.
Mengingat begitu berharganya karya Syaikh Mahfudz ini, maka tidak salah kalau kiranya Syeikh Yasin Al-Padani, ulama Makkah asal Padang, Sumatra Barat, yang berpengaruh pada tahun 1970-an, menjuluki Mahfudz At-Tarmasi: al-alamah, al-muhadits, a- musnid, al- faqih, al- ushuli dan al- muqri. Kitab-kitab hasil karya Syeikh Mahfudz tidak hanya dipergunakan oleh hampir semua pondok pesantren salafiyyah di Indonesia, tapi banyak juga dipakai sebagai literatur pada beberapa perguruan tinggi di Timur Tengah, seperti di Marokko, Arab Saudi, Iraq dan negara-negara lainnya.  
C.      Peran Syaikh Mahfudz Dalam Kaderisasi Ulama
Menurut Abdurrahman Mas’ud, murid-murid yang di bawah bimbingan Syaikh Mahfudz mencapai empat ribuan dari seluruh penjuru alam, baik dari tanah air maupun luar negeri. Hal itu terhitung kurang lebih mulai beliau mengajar di Masjidil Haram tahun 1890 sampai abad ke dua puluhan.
Di antara murid-muridnya yang berasal dari luar adalah Syaikh Sa’dullah mufti India, Syaikh Umar bin Hamdan Ulama Hadist Haramain, Syaikh Ahmad bin Abdullah Ulama dari Syiria. Adapun murid-murid syaikh Mahfudz dari Indonesia adalah K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Bishri Syansuri dan Kiai Abdul Wahhab Hasbullah, yang kelak mendirikan Nahdhatul Ulama di tahun 1926.
Kita ketahui, ketiga kiai ini merupakan murid Syekh Mahfudz yang paling terkenal dan diakui berkat kegiatan politik mereka di Tanah Air. Dia juga mengajar sejumlah murid, dan beberapa di antaranya menjadi ulama yang berpengaruh, sebut misalnya Ali al-Banjari, penduduk Makkah asal Kalimantan Selatan), Muhammad Baqir al-Jugjawi, Wong Yogya yang juga bermukim di Makkah, K.H. Muhammad Ma`shum al-Lasami, pendiri pesantren Lasem, Jawa Tengah, Abdul Muhit dari Panji Sidarjo, pesantren penting lainnya dekat Surabaya. Memang banyak di antara murid Syekh Mahfudz yang mendirikan pesantren. Kiai Hasyim sendiri adalah pendiri Pesantren Tebuireng, dan kiai pertama yang menjarkan kumpulan hadist Bukhari. Sedangkan Kiai Bishri, menantunya, pendiri pesantren Tambakberas, yang juga pernah menjadi Rais ‘Aam PB NU.
D.      Wafat
Selama kurang lebih empat puluh tahun bermukim di Makkah, beliau menciptakan karya-karya ilmiah, dan menghasilkan kader-kader Ulama yang militan. Setelah melakukan perjalanan yang panjang itu, akhirnya Syaikh Mahfudz dipanggil oleh Allah Swt pada 1 Rajab 1338 H/20 Maret 1920 M. di Makkah menjelang waktu Maghrib. Ribuan kaum muslim menyalatkan dan mengantar jenazahnya ke sebuah pemakaman keluarga Sayyid Abu Bakr bin Sayyid Muhammad Syata (w. 1310/1892) di Ma’la Makkah.
Beliau meninggalkan dua orang putri yaitu Fatimah dan A’isyah dan seorang putra yaitu Muhammad bin Mahfudz . adapun kedua putrinya tersebut meninggal dunia sebelum baligh, dan tinggal putra satu-satunya yaitu Muhammad. Syaikh Mahfudz berwasiat kepada putranya agar mengemban al-Qur’an dan menjaganya, maka untuk merealisasikan wasiat itu sang Putra mendirikan Ma’had Tahfidz al-Qur’an di Demak yang diberi nama Bustan I’syaqu Qur’an. Dari pondok ini lahirlah para Huffadz yang tersebar di seluruh Nusantara.


DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi,                                           Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Akar Pembaruan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenamedia, cetakan ke-3, 2007.
Dunn, Rose E.,                                                Petualangan Ibnu Battuta, Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, cetakan ke-1, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995.
Hasan, Rifa’i,                                                  Warisan Intelektual Islam Indonesia, Telaah atas karya Klasik, Bandung: Mizan, 1987.
Kamajaya,                                                       Delapan Alim Ulama Pahlawan Nasional, Buku Kedua, Yogya: U.P. Indonesia, 1981.
Mas’ud, Abdurrahman,                                   Dari Haramain ke Nusantara: Jejak Intelektual Arsitek Pesantren, cetakan ke-1, Jakarta: Penada Media, 2006.
Musyrifah Sunanto,                                        Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Putuhena, M. Shaleh,                                      Historiografi Haji Indonesia, Yogyakarta: LKiS, cetakan ke-1, 2007.
Ropi, Ismatu dan Kusmana (Ed.)                   Belajar Islam di Timur Tengah, Jakarta: Departemen Agama RI, tanpa tahun.
Suryanegara, Ahmad Mansur,                        Api Sejarah Jilid 1, Bandung: Salamadani, cetakan ke-2, 2009.
Wido Supraha,                                                Peran Ulama Haramain Nusantara Dalam Pengembangan Intelektual di Indonesia, makalah Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor 2010.