Kamis, 29 Maret 2012

Sejarah Menco

Di pinggiran kota Demak terdapat sebuah perkampungan, dan di perkampungan itu ada seseorang yang bernama Karsiman. Menurut sumber yang penulis dapatkan, Karsiman masih mempunyai garis keturunan dengan Dadung Awuk. Karsiman hidup dan berkembang didaerah yang sekitar pemakaman Kanjeng Sunan Kalijaga, sehingga tidak heran, dikemudianhari ia menjadi pribadi dewasa yang ta’at kepada norma-norma agama.
Dalam kesehariannya, ia selalu berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Ketika ia menemui prilaku yang menyimpang, maka ia tidak segan-segan untuk menegurnya, tidak terkecuali Pejabat daerah setempat.
Di saat kinerja Lurah Kadilangu tidak sesuai dengan apa yang di amanahkan oleh masyarakat, Karsiman dengan berani menegur langsung dan memberikan saran, dengan tujuan agar Lurah Kadilangu menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, menepati janji dan sesuai dengan ajaran agama. Akan tetapi terkadang niat baik tidak selalu mendapat balasan yang setimpal. Saat itu seharusnya Lurah Kadilangu berterimakasih kepada Karsiman, karena sudah mengingatkan keteledoran dan kelalaiannya, tapi yang dilakukan justru memprofokasi masyarakat untuk mengusir Karsiman dari perkampungan tersebut. Akhirnya, karena terus-terusan mendapat desakan dari masyarakat yang telah terprofokasi, dengan berat hati Karsiman meninggalkan tanah lahir tercinta.
Sebelum meninggalkan perkampungan, orang yang biasa dipanggil Yi Kar ini, sowan kepada Sopati, untuk meminta petunjuk kemana ia harus pergi dan mendirikan masyarakat baru. Lalu Sopati menyuruh Yi Kar untuk berjalan ke arah Barat Laut dan menancapkan tongkat diatas tanah tanpa penghuni.
“Tancapkanlah tongkat diatas tanah dan dirikanlah sebuah perkampungan sesuai dengan arah jatuhnya tongkat itu”.
Setelah mendapatkan petunjuk dari Sopati, Yi Kar undur diri dan bergegas meninggalkan Kadilangu.
Yi Kar berjalan menuju arah yang telah ditunjukkan oleh Sopati, yaitu Barat Laut. Setelah menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan, Yi Kar menemukan alas atau tanah tanpa penghuni, kemudian Yi Kar menancapkan tongkat diatas tanah tersebut.
Dengan menyebut nama Allah, Yi Kar menancapkan tongkat dan menunggui sejenak. Setelah beberapa saat menunggu, tongkat yang telah ditancapkan jatuh menunjuk arah selatan. Itu berarti lokasinya disebelah barat kelurahan Berahan Kulon. Dengan segera Yi Kar mendirikan sebuah gubuk disana.
Kehadiran Yi Karsiman untuk mendirikan sebuah perkampungan tidak serta merta diterima oleh masyarakat Berahan Kulon. Mereka mengusut siapa itu Yi Karsiman, dan dari mana asal dia datang. Setelah mereka tahu bahwa Yi Kar berasal dari Kadilangu, dan pindahnya dikarenakan diusir oleh masyarakat Kadilangu, sontak masyarakat Berahan Kulon juga ikut-ikutan mengusir Yi Kar dari wilayah Berahan Kulon.
Lama Yi Kar merenung dan bertanya-tanya, kemana lagi ia harus pergi. Dalam kegalauannya, Yi Kar memutuskan kembali lagi ke Kadilangu, guna sowan kepada Sopati untuk yang kedua kalinya.
Sesampai di Kadilangu, Yi Kar sowan kepada Sopati dan menceritakan apa yang telah dialaminya. Sopati iba mendengar penuturan Yi Kar, karena dalam pandangan Sopati, Karsiman adalah sosok yang baik namun terdzolimi. Sopati menyuruh Yi Kar untuk kembali ke tempat dimana ia menancapkan tongkat. Yi Kar disuruh mengulanginya.
“Kembalilah, dan lakukanlah seperti apa yang aku perintahkan waktu itu”
Mendapatkan petunjuk yang sama, Yi Kar pamit dan meminta do’a restu. Dalam hati ia berdo’a semoga kali ini niat dan tujuannya berhasil serta mendapat Ridho dari Allah SWT.
Yi Kar yakin bahwa Allah yang Maha Kuasa tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang mau berusaha. Akhirnya Yi Kar kembali ketempat dimana ia menancapkan tongkatnya waktu pertama kali. Setelah sampai, Yi Kar langsung menancapkan kembali tongkat dan menunggui sejenak.
Tidak lama berselang, Tongkat yang ditancapkan jatuh menunjuk arah utara, itu berarti wilayah kelurahan Berahan Wetan. Tanpa pikirpanjang, Yi Kar membabat alas dan mendirikan gubuk sesuai dengan arah tongkat yang ditancapkan tadi.
Yi Kar memulai peradaban baru dan terlintas dibenaknya untuk me-nama-i lokasi yang telah ditempatinya itu. Awal mulanya Yi Kar bingung mau menamai apa. Tetapi setelah bertemu dengan seorang penggembala sapi yang berasal dari daerah Njetak, Yi Kar punya inisiatif untuk menamai lokasi yang ditempatinya itu dengan nama Menclok, karena berdasarkan sejarah perjalanannya, dirinya menclok dari wilayah Berahan Kulon ke wilayah Berahan Wetan.
Demi perkembangan Menclok, Yi Kar mengajak orang-orang disekitar wilayah Berahan Wetan  untuk bersama-sama menempati perkampungan baru yang didirikannya. Tidak lama kemudian, usaha Yi Kar membuahkan hasil. Menclok yang tadinya hanya dihuni oleh Yi Kar seorang, lambat laun berkembang dan dihuni oleh banyak orang. Yi Kar sendiri akhirnya menikah dan mempunyai empat orang putra yaitu, Karto, Yusuf, Suto, dan Abdurrahman. Setelah Menclok berkembang dan dihuni oleh banyak orang, terjadi pergantian nama. Dusun yang tadinya bernama Menclok, diubah menjadi dusun Menco.
Yi Kar berhasil dalam membentuk masyarakat baru yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai bukti, banyak dari masyarakat Menco saat ini yang hafal Al-Qur’an 30 Juz. Beliau sangat berjasa karena sebagai “Babat Alas” desa dan pembentuk karakter masyarakat. Beliau meninggal di Menco dan dimakamkan di Berahan Wetan.
* Penulis         : Ahmad Robihan (Menco Pesisir Menco), generasi ke-enam dari keturunan Yi Karsiman
* Sumber         :           Hasil wawancara dari 1) H. Muslik, beliau ialah generasi ke-empat dari keturunan Yi Karsiman, 2) Yi Parman, 

3 komentar:

  1. mantap,,

    sekalai-kalai maen-maen ke blog saya bng
    http://rizal-mahasiswa.blogspot.com/?zx=877f4d97f945d0a7

    oya blog saya masi pemelu ,, kira apa nya yg kurang mohonn saling membantu

    BalasHapus
  2. Mau nanya sumber data yg kedua itu yi Parman itu siapa ya??

    BalasHapus